SUPPORT ONLINE
TUNAS CLOTHING
KONVEKSI
Email
tunasclothing@gmail.com Telepon
082111863040085693800123
081908617029
WhatsApp
082111863040081908617029
085693800123
Facebook
Tunas Cloth
Twitter
tunasclothing
Alamat
Jl. Perempatan Nain Kaliabang Tengah Bekasi Utara- Jawa BaratKota Bekasi, 17125
Jawa Barat - Indonesia
Website
http://tunasclothing.com/ KATEGORI PRODUK




.jpg)





BEREBUT KUALITAS SABLON TERBAIK
Diposkan pada : 06-08-2020 02:24:56

Ditengah value seni sablon yang kerap terjun bebas , kompetisi “W.A.R.S” menjadi salah satu cara mengembalikan kekuatan karya seni ini di pasar nasional dan global.
Seperti kata-kata sejarah yang tak pernah mati untuk mengatakan bahwa seni memang tercipta dari sebuah ekspresi rasa yang menjadi sebuah karya. Pun, begitu dalam hal seni mencetak gambar yang menggunakan kain saring sutra (silk screen printing) atau sablon Sudah semestinya dapat dinilai dari sisi artistik yang dapat mempersembahkan keindahan dan membawa kesenangan bagi pelaku seni serta manusia yang melihatnya.
Tak salah, jika kata seni yang disadur dari bahasa sansekerta “Sani” ini juga memiliki makna pemujaan dan persembahan. Sebuah persembahan rasa, cipta dan karya untuk siapapun yang berhasil menikmatinya. Meski begitu, pemaknaan seni sablon yang hakiki berubah sejak kaisar Jepang pada tahun 1664 mulai merasakan tingginya harga kimono bertuliskan tangan.
Dalam politik pasar modern, kaisar jepang secara tidak langsung telah menggeser nilai seni bertuliskan tangan dengan nilai seni lainnya yaitu seni cetak saring (sablon) yang didasarkan pada persepsi ekonomi. Hal ini dilakukan karena harga kimono yang digambar langsung melalui tangan melambung harganya. Tak ayal, larangan tersebut membuat pelaku industri motif kerajinan tangan kelimpungan.
Yujensai Miyasaki dan Zisukeo, dua dari sekian banyak pelaku seni yang gelisah akibat kebijakan kaisar akhirnya berhasil menemukan cara seni sablon kain kimono dengan pelbagai motif. Pada masa inilah, seni sablon mulai merambah pada industri kreatif yang ketika itu masih menggunakan teknik pengecapan model cetak atau mal. Tepat pada tahun 1907, 13 tahun sebelum berdirinya organisasi Nasional Budi utomo di Indonesia, Samuel Simon warga Inggris kembali menemukan teknik sablon yang lebih modern yaitu menggunakan chiffon sebagai pola untuk mencetak gambar. Dari sinilah, seni sablon kian kehilangan makna “seni karya” karena lebih digemari para pelaku industri kreatif.
Beruntung, ditengah gempuran value karya seni sablon yang semakin terpuruk dan semakin hilang harganya. Beberapa pelaku seni sablon di Indonesia mulai berani tampil untuk menggelar aksi karya kualitas sablon terbaik, yaitu W.A.R.S Screen Printing Competition. Sebuah kompetisi pencarian bakat seni sablon dengan bebekal kebebasan dalam penciptaan karya seni sablon-nya.
Seperti diketahui, bahwa W.A.R.S Screen Printing Competition ini telah diikuti ratusan peserta dari Indonesia. Dari beberapa peserta yang penulis ketahui terdapat enam pelaku seni sablon berasal dari wilayah Bekasi Raya yang mengikuti kompetisi W.A.R.S. Informasi tersebut didapat penulis dari salah satu peserta W.A.R.S area Bekasi timur.
Hebatnya lagi, kompetisi ini juga tak luput dari protokol kesehatan yang diatur teknisnya oleh panitia ditengah kondisi wabah Covid-19 yang belum juga mau pergi dari bumi pertiwi. Salah satunya, segala komunikasi, koordinasi hingga pelaksanaan kompetisinya berjalan secara online. Selain itu panitia juga sudah mempersiapkan barcode khusus yang dikirim kepada semua peserta untuk penentuan nomor karya seni sablonnya yang akan dinilai oleh juri. Sehingga juri tidak mengetahui pemilik karya tersebut selain nomor kode peserta. Hal ini dilakukan agar tidak ada nepotisme dan kecurangan dalam penilaian di mata juri.
Sekali lagi, semoga W.A.R.S Screen Printing Competition ini menjadi momentum semua peserta dan pelaku industri kreatif di tanah air untuk “Berebut kualitas sablon terbaik” bukan “Berebut harga sablon termurah”. Sehingga dapat mengembalikan “ruh” seni sablon dan meningkatkan value industri sablon di pasar nasional dan global.